5 Pakaian Adat Betawi dari Sejarah, hinga cara berpakiannya

Baju Betawi

Pakian Adat Betawi - Baju adat Betawi adalah ekspresi budaya khas masyarakat Betawi, yang merupakan kelompok etnik asli Jakarta, Indonesia. Pakaian adat Betawi memiliki sejarah dan karakteristik yang unik, mencerminkan perpaduan beragam pengaruh budaya, termasuk Arab, China, India, dan Eropa. 

Pakaian adat Betawi menjadi bagian penting dalam upacara pernikahan, festival, perayaan hari besar, dan acara-acara resmi lainnya, serta digunakan dalam berbagai konteks sosial dan keagamaan. 

Selain itu, pakaian adat Betawi juga mencerminkan nilai-nilai dan norma sosial, serta memiliki keindahan dan keragaman dalam desain serta maknanya. Maka dari itu, yuk ketahui 5 Pakaian Adat Khas betawi, berikut diantaranya : 

5 Pakaian Ada Betawi berserta Sejarahnya

Baju Betawi

Berikut 5 Pakaian adat Betawi berserta sejarahnya : 

1. Kebaya Encin

Kebaya Encim adalah pakaian adat Betawi yang populer, terutama untuk wanita. Digunakan dalam berbagai acara seperti Pekan Raya Jakarta, seragam di instansi pemerintah dan swasta, peringatan hari besar, dan lainnya.

Kebaya Encim awalnya terbuat dari kain lace atau brokat Eropa yang dikombinasikan dengan bordiran lokal. Bordiran sering memiliki motif bunga pada bagian bawah atau pergelangan tangan.

Bordiran ini bervariasi, termasuk yang berlubang banyak yang disebut kerancang. Sebelumnya, kerancang dibuat dengan tangan, menciptakan hasil halus, namun sekarang, teknologi komputer digunakan, yang menghasilkan hasil yang kurang sempurna.

Kebaya Encim memiliki bentuk huruf V di leher dan memiliki variasi dalam lebar bawah lengan, seperti model Kebaya Sonday atau Kebaya Model Goeng. Bahan-bahan seperti brokat, silk, organdi, dan sutra alam digunakan dalam modernisasi Kebaya Encim.

Kebaya Encim sering dipadukan dengan berbagai model kain sarung atau bahkan celana panjang. Selendang sering digunakan sebagai aksesori tambahan, yang memberikan kesan berwibawa dan resmi.

Rambut bisa dihias dengan sanggul atau kerudung, tergantung pada preferensi pengguna. Perhiasan seperti anting, cincin, dan gelang digunakan untuk menambah kecantikan, dengan penekanan pada keserasian.

Kebaya Encim menghormati keindahan, keceriaan, dan warisan budaya Betawi serta memancarkan keanggunan dan kehormatan perempuan. 

2. Pangsi Betawi

Pakaian adat Betawi ini dikenal sebagai Baju Tikim dan Celana Pangsi, tetapi sekarang lebih sering disebut Baju Pangsi. Ini adalah pakaian tradisional yang sering dikenakan oleh para jawara Betawi atau pendekar.

Baju Pangsi memiliki pengaruh budaya China dan memiliki bentuk leher bulat (O-neck) dengan lengan panjang. 

Biasanya longgar dan dikenakan dengan kaos putih sebagai lapisan dalam. Ada ikat pinggang lebar di pinggang dan kain sarung di leher yang memiliki berbagai fungsi.

Celana Pangsi panjang dan longgar, dengan warna yang sering sesuai dengan Baju Pangsi. Pakaian ini awalnya digunakan sehari-hari oleh laki-laki Betawi, tetapi sekarang lebih banyak dikenakan oleh jawara, pendekar, petani, dan jagoan Betawi.

Warna Baju Pangsi memiliki makna khusus. Putih atau krem sering digunakan oleh jago silat yang juga memiliki pengetahuan agama. 

Hitam digunakan oleh para centeng. Merah digunakan oleh individu yang memiliki kemampuan silat dan pengetahuan agama tinggi. Warna atribut lain, seperti peci, juga menandakan status dan kemampuan.

Peci merah adalah tanda orang dengan pengalaman dan pengetahuan yang tinggi. Baju Pangsi merah dan peci merah adalah pakaian sakral yang umumnya dikenakan oleh individu yang diakui masyarakat

sebagai tokoh penting dalam menjaga ketentraman dan keamanan komunitas. Pakaian ini adalah simbol keberanian dan pengetahuan.

3. Pakian Ujung Serong

Pakaian adat Betawi yang ditujukan untuk para bangsawan dan demang dikenal sebagai Pakaian Bangsawan atau Ujung Serong, dan biasanya dikenakan oleh pria.

Pakaian ini sering digunakan oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam lingkungan pemerintahan, dalam acara pernikahan sebagai tamu atau wali, perayaan hari besar, menyambut tamu istimewa, serta acara resmi lainnya.

Pria Betawi mengenakan kemeja putih sebagai lapisan dalam, lalu jas tutup berwarna gelap atau hitam. Celana pantalon berwarna senada dengan jas tutup digunakan sebagai bawahan. Di pinggang, kain batik dililitkan dengan panjang hingga mencapai paha.

Sepatu pantofel serasi digunakan sebagai alas kaki, dan arloji emas seringkali menjadi aksesori. Penutup kepala adalah peci untuk menambah kesan berkelas dan berwibawa.

Pakaian Bangsawan atau Ujung Serong adalah simbol status sosial dan digunakan dalam konteks acara-acara formal dan resmi.

4.  Pakian Pengantin Betawi

Pakaian Pengantin Betawi adalah pakaian khusus yang dikenakan oleh pasangan pengantin dalam upacara pernikahan Betawi. 

Seperti pakaian pengantin dari berbagai daerah lainnya, Pakaian Pengantin Betawi memiliki karakteristik dan keistimewaan yang membedakannya dari pakaian adat daerah lain, mengingat pernikahan dianggap sebagai momen sakral.

Pakaian pengantin Betawi adalah hasil perpaduan dari berbagai pengaruh budaya, termasuk Arab, China, India, dan Eropa, sehingga memiliki desain yang unik dan khas. 

Pria mengenakan pakaian pengantin yang disebut "Dandanan Care Haji," sementara wanita mengenakan pakaian pengantin yang disebut "Dandanan Care None Pengantin Cine." 

5. Pakian Sadari 

Baju Sadaria adalah pakaian tradisional yang sering dikenakan oleh pria Betawi dan biasanya dipadukan dengan Kebaya Encim. Pakaian ini umumnya terlihat dalam festival Abang None dan Pekan Raya Jakarta, menciptakan penampilan yang sederhana dan bersahaja.

Baju Sadaria adalah jenis baju taqwa atau baju koko dengan kerah Shanghai yang tinggi sekitar 3-4 cm. Biasanya berwarna putih dan berlengan panjang. 

Pakaian ini mendapat inspirasi dari budaya China, di mana laki-laki sering mengenakan baju koko. Baju Sadaria umumnya terbuat dari kain katun, meskipun ada yang terbuat dari kain sutra atau sutera alam linen. 

Pakaian ini berkancing dari atas ke bawah dan memiliki saku di sisi kanan dan kiri bagian bawah. Kadang-kadang memiliki belahan di sisi bawah agar nyaman digunakan.

Bordiran sering ditempatkan pada kerah tengah atau kanan dan kiri. Materi bordiran dapat bervariasi, termasuk katun, sutra alam, dan lainnya.

Pilihan celana untuk dipadukan dengan Baju Sadaria adalah celana panjang gelap atau celana panjang dengan motif batik. 

Pilihan ini memengaruhi sepatu yang harus digunakan, dengan sepatu pantofel cocok untuk celana gelap dan sandal terompah cocok untuk celana batik.

Kopiah hitam polos adalah penutup kepala yang sering digunakan, dan terdapat kain sarung (cukin) yang digantung di leher, berguna sebagai sarung atau sajadah saat beribadah atau senjata. 

Baju Sadaria sering dikenakan oleh karyawan pemerintah atau swasta pada acara adat, atraksi pariwisata, menyambut tamu istimewa, dan perayaan hari besar. 

Meskipun tidak memiliki filosofi khusus, pakaian ini mencerminkan identitas pemakainya sebagai pria yang rendah hati, sopan, dinamis, dan berwibawa.

jadi, sudah tahu 5 pakaian adat khas Betawi? 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inilah Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Memilih Atap Rumah

Jenis Kayu Termahal hingga berjuta-juta Ternyata ini Kualitasnya

Sejarah Basketball di Indonesia, dari POB hingga Awal PERBASI